Istilah Rasul yang mengacu kepada selain Rasulullah ﷺ adalah istilah baru yang menyesatkan
Dalam sebuah hadits shahih, Irbadh bin Sariyah berkata, “Suatu ketika Rasulullah ﷺ shalat bersama kami, beliau lantas menghadap ke arah kami dan memberikan sebuah nasihat yang sangat menyentuh yang membuat mata menangis dan hati bergetar. Lalu seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasihat untuk perpisahan! Lalu apa yang engkau wasiatkan kepada kami?” Beliau mengatakan: “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, senantiasa taat dan mendengar meskipun yang memerintah adalah seorang budak habsyi yang hitam. Sesungguhnya orang-orang yang hidup setelahku akan melihat perselisihan yang banyak. Maka, hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku, sunnah para khalifah yang lurus dan mendapat petunjuk, berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru, sebab setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setaip bid’ah adalah sesat.””[1]
Telahlah jelas bagi kita bahwa terdapat penyimpangan penggunaan istilah ‘Rasul’ yang digunakan selama ini. Dalam berbagai literatur terdahulu – yaitu hadits Nabi, atsar shahabat dan tafsir ulama – istilah ‘Rasul’ ini tidak pernah digunakan untuk mengacu pada seseorang atau organisasi selain Rasulullah ﷺ. Selain itu istilah ‘Rasul’ secara bahasa dan istilah ‘Rasul’ secara syar’i dicampur aduk.
Ini adalah perkara baru yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. Maka, hal yang sangat penting untuk meninggalkan istilah ‘Rasul’ secara syar’i untuk mengacu kepada lembaga, pimpinan lembaga atau kader lembaga Neo-NII, karena istilah tersebut menyesatkan.
REFERENSI:
[i] Hadits shahih riwayat Abu Daud no. 3991. Hadits serupa juga berderajat shahih, yaitu riwayat Tirmidzi no. 2600 dan Ibnu Majah no. 42. Seluruhnya dapat diakses melalui aplikasi android “Ensiklopedi Hadits”
Support Da’wah dan Kontak Kami di:
4 Comments